Jumat, 23 Desember 2011

Skripsi IPS


SUATU TINJAUAN TERHADAP PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LANGSA YANG BERASAL DARI SMP 
DENGAN YANG BERASAL DARI MTs DALAM 
BIDANG STUDI SEJARAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu indfikator untuk mengukur maju dan mundurnya suatu masyarakat, daerah, bangsa atau Negara. Melalui pendidikan, upaya peningkatan kesejahteraan hidup umat manusia senantiasa hanya dilaksanakan oleh setiap pemerintah. Keadaan ini dapat dilihat pada beberapa Negara maju yang telah berhasil dalam bidang pendidikan.
Seperti Pemerintah Indonesia hingga saat ini terus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memajukan pendidikan, hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Bab XIII. Dalam pasal 31 dinyatakan bahwa : “Pemerintah Mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan (Pengajaran) Nasional”. Juga terdapat dalam Pembukaan yaitu “Pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Berdasarkan dari pernyataan tersebut bahwa pendidikan merupakan kunci bagi keberhasilan program pembangunan bangasa Indonesia adalah disamping sebagai penyelenggaraan pusat-pusat pendidikan, juga menitik beratkan pada mutunya yaitu dengan mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia terus mengalami pembaharuan baik mengenai bidang kurikulum maupun peningkatan proses belajar mengajar mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga ke Perguruan Tinggi (PT) baik yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan maupun Departemen Agama.
Kedua departemen tersebut masing-masing mengelola lembaga-lembaga pendidikan yang bila ditinjau dari struktur maupun jenjang pendidikannya secara vertical memiliki kesamaan seperti : Sekolah Dasar (SD) dengan Madrasah Ibtidaiah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Madrasah Aliyah (MA). Lembaga-lembaga pendidikan ini yang masing-masing memiliki jenjang yang sederajat, sedangkan perbedaannya hanya terletak pada muatan kurikulumnya, dimana pada lembaga pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama bahwa lebih banyak muatan kurikulum yaitu berisikan pendidikan agama islam. Namun dari segi tujuan pendidikan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan bahwa kedua jenis lembaga pendidikan baik umum maupun agama memiliki arah yang sama dan sejalan yaitu meningkatkan kualitas manusia yang berdasarkan Pancasila.
Khusunya Madsarah Aliyah sebagai tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional adalah mendidik dan membina sejumlah anak-anak bangsa yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas ( GBHN, 1993 : 172 ). Dalam kaitan ini Madrasah Aliyah, yang penulis tetap sebagai objek penelitian ini sanggup menampung dan menerima siswa siswinya baik yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berdasarkan nilai Ebtas Murni (NEM) yang diperoleh dari masing-masing siswa targetnya harus selaras dengan kehendak tujuan pendidikan nasional.
Sehubungan dari hal tersebut bahwa dalam kurikulum pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat muatan materi pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana membentuk arah dalam perkembangan fisik, sosial, intelektual, nilai-nilai agama dan kebudayaan yang perlu dikembangkan dan diteruskan kepada anak didik. Dari kenyataan inilah bahwa ditanamkian dan diajarkan kepada anak-anak didik melalui berbagai macama disiplin, ilmu pengetahuan, penerapan ini dan sikap serta keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang dirumuskan dalam undang-undang system pendidikan nasional bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan (Anonymous, 1993 : 158).
Bertitik tolak dari kenyataan diatas bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik menjadi manusia yang berkemampuan tinggi serta bertanggung jawab didalam segala kegiatan, terutama dibidang pendidikan agar dapat merobah pola hidup dan tingkah lakunya.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang merupakan bahagian dari salah satu program pendidikan nasional juga suatu lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya diantaranya adalah mata pelajaran Sejarah yang harus dipelajari oleh setiap siswanya baik yang berasal dari SMP maupun MTs.
Berdasarkan latar belakang pendidikan siswa siswinya dapat diketahui bahwa dalam kurikulum SMP jam pelajaran Sejarah diberikan sebanyak 6 jam, sedangkan dalam kurikulum MTs diberikan sebanyak 3 jam perminggu. Hal ini disebabkan karena MTs lebih banyak mengajarkan pelajaran-pelajaran yang menyangkut dengan pendidikan agama. Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa pencapaian prestasi belajar mata pelajaran Sejarah pada kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa kemungkinan besar siswa yang berasal dari SMP atau lebih tinggi prestasinya dibandingkan dengan siswa yang berasal dari MTs. Namun kenyataannya belumlah tentu terus menerus demikian, dimana para siswa kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa, yang berasal dari SMP belum tentu mempunyai prestasi yang lebih tinggi dalam mata pelajaran sejarah bahkan bias saja terjadi sebaliknya. Pada sisi lainnya siswa yang berasal dari MTs akan lebih tinggi prestasinya dari pada siswa yang berasal dari SMP. Haln ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor seperti : factor kemampuan guru, factor kemampuan siswa, factor lingkungan sekolah dan masyarakat, factor partisipasi orang tua dan sejumlah factor lainya.
Dari uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian itu adalah sebagi berikut ;
1.      Apakah ada perbedaan prestasi belajar dalam mata pelajaran sejarah antara siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang berasal dari MTs.
2.      Factor-faktor apakah yang menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa di dalam mata pelajaran sejarah antara siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang berasal dari MTs.

1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sasarannya yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sesuai dengan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan prestasi belajar pelajaran sejarah pada siswa kelas 1 Madsarah Aliyah Negeri 1 Langsa yang berasal dari SMP dan yang berasal dari MTs.
2.      Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar pelajaran sejarah para siswa kelas 1 Madsarah Aliyah Negeri 1 Langsa yang berasal dari SMP dan yang berasal dari MTs.

1.3Anggapan Dasar
Menurut Winarno Syrachmad (1982:38), mengatakan bahwa “Anggapan Dasar atau Postulat adalah sesuatu yang menjadi tumpuan pandangan dan segala kegiatan terhadap masalah yang di hadapi, postulat inilah yang menjadi titik pangkal, di mana tidak lagi menjadi keragu-raguan penyelidik”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi anggapan dasar atau postulat di dalam penelitian ini adalah :
1.      Tinggi rendahnya nilai mata pelajaran yang berkesinambungan akan mempengaruhi nilai mata pelajaran lanjutan yang dicapai seseorang siswa.
2.      prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu sangat dipengaruhi oleh factor intern maupun factor ekstern.

1.4. Hipotesa
Menurut Winarno Surachmad (1982:39), hipotesis dapat diartikan sebagai “Perumusan jawaban sementara terhadap sesuatu masalah”. Dari pernyataan ini, maka yang akan dijadikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : “Ada perbedaan prestasi belajar dalam mata pelajaran sejarah kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa diantara siswa yang berasal dari SMP dan siswa yang berasal dari MTs, karena pengtahuan dasar sejarah di SMP lebih kuat dibandingkan dengan MTs.

1.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang dijadikan sasaran penelitian. Sedangkan sampel penelitian adalah sebahagian dari populasi penelitian yang diambil untuk kepentingan penelitian, yang dianggap dapat mewakili keseluruhan anggota populasi yang ada. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa berjumlah 200 orang siswa (dari 5 lokal) dengan rinciannya yaitu : 40 orang siswa yang berasal dari SMP dan 160 orang siswa yang berasal dari MTs.
Selanjutnya pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proportional random sampling, hal ini di mana dari setiap local hanya diambil 5 orang siswa yang berasal dari SMP dan 5 orang siswa yang berasal dari MTs. Dengan demikian bahwa sampel penelitian ini yang seluruhnya berjumlah 50 orang siswa dengan perinciannya adalah 25 orang siswa yang berasal dari SMP dan 25 orang siswa yang berasal dari MTs.

1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang sedang berlangsung sekarang ini guna mendapatkan informasi yang diinginkan. Sedangkan dalam proses pengumpulan data, penulis berusaha menjajaki dengan menggunakan metode yaitu :
1.      Library Research, yaitu pengumpulan data melalui penelitianm kepustakaan dengan cara membaca buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel dan kurikulum yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2.      Field Research, yaitu penelitian di lapangan guna mendapatkan data dan informasi yang objektif dan mengenai perbedaan prestasi belajar siswa kelas I di Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa dalam mata pelajaran sejarah. Adapun teknik pengumpulan data dilapangan yang penulis gunakan berupa instrument penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Wawancara, dimana penulis melaksanakan dialog langsung dengan guru yang mengasuh mata pelajaran sejarah.
2.      Angket, yaitu penulis mengajukan sejumlah daftar pertanyaan untuk dijawab dan diisi oleh responden.
3.      Analisa Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data dengan menganalisa nilai mata pelajaran siswa kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa.

1.7. Metode Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan tahap yang lebih penting didalam menentukan hasil penelitian. Data yang telah terkumpul, hal ini penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif melalui proses analisis dan interprestasi data. Dalam tersebut adalah nilai tes hasil belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang berasal dari SMP maupun MTs.
Data-data yang diperoleh dari hasil tes mata pelajaran tersebut, lalu diolah dengan cara menggunakan t-test sebagai alat bantu dalam menganalisa data, dengan signifikansi 5%. Hal ini menurut Anas Sudijono (1991;325), bahwa untuk mencari t-test yang dimaksud hanya menggunakan rumus adalah
Sedangkan menurut Sudjana (1984:232), bahwa untuk mencari t-test dapat menggunakan rumus :
Untuk mencari simpangan baku gabungan adalah dengan menggunakan rumus :

1.8.  Sistematika Penulisan
Dalam mewujudkan penulisan skripsi ini agar tidak terjadi kesimpang siuran, maka penulis menetapkan sistematika yaitu sebagai berikut :
Bab I adalah Bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar, dan hipotesa,populasi dan sampel penelitian, metode penelitian dan metode pengolahan data serta sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab teoritis yang mencakup tentang pengertian prestasi belajar, factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa serta garis-garis besar program pengajaran sejarah di SMP, MTs dan MA.
Bab III merupakan bab yang menguraikan tentang hasil-hasil penelitian yang meliputi adalah pengumpulan data, pengolahan data, dan pengujian hipotesa.
Bab IV sebagai bab penutup yang didalamnya berisikan tentang kesimpulan dan ditarik beberapa saran.
BAB II
PRESTASI BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

2.1.Pengertian Prestasi Belajar
Istilah belajar tidak dapat dipisahkan dari istilah prestasi prestasi belajar, karena kedua istilah tersebut merupakan suatu istilah yang saling berhubungan satu sama lain. Dengan adanya kegiatan belajar, maka dapat ditentukan bahwa hasil atau prestasi belajar perwujudan dari kegiatan proses belajar mengajar.
Menurut Winarno Surachmad (1982 : 7) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri manusia yang maksudnya bila sudah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan di dalam diri manusia tersebut, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada orang itu telah berlansung proses belajar”.
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (1980 : 21) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”.
Berdasarkan dari kedua pertanyaan di atas dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan-perubahan yang dapat dinyatakan dalam bertingkah laku yang sebelumnya dapat dilakukan. Perubahan-perubahan itu adalah hasil dari latihan atau pengalaman yang diterimanya selama proses belajar mengajar. Misalnya seseorang yang belum dapat berhitung, kemudian setelah proses belajar mengajar akan dapat berhitung dan membaca.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tingkah laku yang baru berkat adanya pengalaman dan latihan. Hal ini hanya tidak dapat timbul atau terjadi dengan sendirinua apabila tidak ditandai dengan berbagai macam pengalaman dan latihan yang terus menerus, sehingga terjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian bahwa belajar bukanlah suatu hasil belajar saja, tetapi belajar merupakan suatu proses interaksi yang harus aktif dan mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan prestasi belajar dapat dikatakan sebagao hasil dari kegiatan belajar yang telag dilakukan sebelumnya sab merupakan batas sampai di mana perubahan yang telah diperoleh dari seseorang yang belajar.
Menurut Poerwadarmita (1984 : 786) bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai”. Selanjutnya menurut The Ling Gie (1981 : 6) bahwa “Belajar adalah segenap dari rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya dan berupa perubahan pengetahuan atau sedikit banyaknya permanen”.
Hasil gabungan dari kedua pendapat tersebut diatas dapat diartikan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapau serangkaian kegiatan yang dilakukannya secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dari perubahan suatu tingkatan keberhasilan yang dapat untuk dicapai seseorang dalam melaksanakan aktivitas belajar. Namun tingkat atau derajat keberhasilan bagi seseorang siswa merupakan perwujudan dari hasil belajar yang telah ada didalamnya. Prestasi yang dicapai setiap individu hanya berbeda satu dengan lainnya dan siswa yang berprestasi adalah siswa yang sanggup menunjukkan kreatifitas lebih besar dalam bidang tertentu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang siswa merupakan indicator yang menunjukkan kesiapan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini diperlukan dalam rangka meningkatkan kreativitas serta nalar yang telah terbina.

2.2.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasu Belajar Siswa
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang hanya terjadi pada setiap individu yang sedang berkembang. Perubahan tersebut tidak saja mengenai sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi juga meliputi segala aspek organism di dalam bentuk kecakapan, sikap kebiasaan, minat, perhatian, penghargaan dan penyesuaian diri. Untuk mencapai perubahan yang diharapkan haruslah melalui usaha-usaha yang maksimal, baik dari individu itu sendiri maupun dari lingkungannya.
Dalam usaha mencapai suatu prestasi belajar yang baik hendaknya seseorang selalu dipengaruhi oleh berbagai  faktor yang terjadi disekitar kehidupannya, baik yang terjadi dalam rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Keberhasilan seseorang siswa dalam belajar banyak  dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, namun secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi kepada dua katagori, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a.Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang siswa yang sedang melakukan kegiatan belajae. Faktor ini dapat dibagi kedalam tiga bentuk, yaitu faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1.Faktor Jasmani
Faktor Jasmani sangat menentukan keberhasilannya seseoranf dalam melakukan kegiatan belajar jasmani yang sehat dan dambaab bagi setiap orang. Keadaan fisik (jasmani) yang lemah akan menimbulkan kebosanan, malas, benci serta tidak senang pada suatu pekerjaan yang sedang dilakukan, terutama dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan atas dasar tidak senang akan mengakibatkan kurangnya konsentrasi sama sekali.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka faktor belajar menurut Agoes Soejanto (1990 : 20), mengatakan bahwa :
Proses belajar snagat bergantung pada situasi dan kondisi, hasilnyapun demikian pula, dan sangat terpengaruh olehnya. Bahkan juga proses berinteraksi antara yang dipelajari dan yang mempelajari. Berhubung dengan hal itu pemeliharaan badan merupakan persyaratan sangat utama di dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa proses belajar sangat ditentukan oleh keadaan jasmani atau kondisi fisik. Keadaan jasmani ini  juga  dipengaruhi oleh  makanan dan gizi yang  dikonsumsi oleh seseorang.
Apabila seseorang mengalami gangguan kesehatannya baik ringan maupun berat, lalu dianjukan untuk segera kerumah sakit tanpa menunda-nunda. Oleh sebab itu masalah kesehatan jasmani harus benar-benar diperhatikan, terutama sekali pribadi siswa yang sedang belajar, karena faktor kesehatan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar itu sendiri.
2.Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan slaah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar seseorang. Faktor-faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis antara lain : intelegensi, bakar, kemampuan dasar, motivasi, minat dan cara belajar.
(1)Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu faktir yang turut ikut menentukan keberhasulan belajar seseorang siswa. Intelegensi yang tinggi memungkinkan untuk lebih cepat memahami tentang sesuatu yang sedang terjadi. Hal ini menurut Agoes Soejanto (1979 : 73), yang dimaksud dengan intelegensi adalah “Kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasu yang baru”.
Pernyataan tersebut diatas menjelaskan bahwa yang dikatakan dengan intelegensi adalah suaty faktor yang ada dalam jiwa seseorang yang merupakan suatu kesanggupan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya ataupun dalam situasi yang baru.
Menurut Suharsimi Arikunto (1991 : 12) bahwa “IQ (Intelegency Quotion) bukan intelegensi, karena IQ hanyalah suatu angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang”.
Dari kutipan di atas, maka kurang benarlah jika ada orang yang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ adalah berupa angka. Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rebdah. Dalam hal ini intelegensi sangatlah berperan bagi kehiupan siswa yang sedang belajar baik dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih mudah, tepat dan cepat dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya tanpa lebih banyak memerluka bantuan orang lain. Di samping itu juga sisa yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih percaya pada dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa intelegensi sangat berperan bagi seseorang siswa yangb sedang belajar. Namun demikian bukanlah berarti bahwa seseorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi akan selalu dapat memperoleh prestasi yang tinggi, sedangkan siswa yang memiliki intelegensi yang rendah akan mendapatkan prestasi yang rendah sebab hal ini sangat didukung oleh minat dan baca siswa itu sendiri.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kadar intelegensi  yang dimiliki seseorang dapat berpengaruh terhadap prestasi yang akan diperolehnya, namun hal tersebut bukan berlaku secara mutlak yang dapat dipasrahkan begitu saja, akan tetapi masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti : minat, motivasi dabakat.
Sedangkan EQ (Emosional Quotion) merupakan suatu perasaan yang hanya terdapat dalam jiwa seseorang siswa. Dalam hal ini menurut Fuad Hasan (1991 : 126), bahwa yang dikatakan Emosional Quotion adalah “menyentuh perasaan, mengharukan atau perasaan yang penuh emosi”. Apabila ditinjau dari segi psikologis dan fisiologis faktor ini sangat dipengaruhi oleh perasaan kegembiraan,kesedihan, keharuan, kecintaan serta keberanian yang terdapat dalam jiwa siswa. Sehingga faktor emosional yang dimiliki oleh seseorang siswa sangatlah mempengaruhi sifat, karakter dan kpribadiannya.
(2)Bakat
Faktor bakat merupakan salah satu faktor yang diwariskan dari keturunan seseorang anak sejak lahir ke dunia ini atau dengan kata lain bakat adalah faktor pembawa sejak lahir. Bakat sangat mempengaruhi seorang siswa yang sedang belajar. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Eddy Wibowo (1980 : 16) bahwa :
Anak-anak yang menuntut pelajaran / ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan bakatnya seringkali mengalami akan kesukaran dalam belajar. Tetapi sebaliknya bila pelajaran yang diterimanya sesuai dengan bakatnya, maka prestasi belajarnya akan baik, bergairahlah dan giat belajar.
Selanjutnya menurut Sri Rahayu (1985 : 62) mengemukakan bahwa “Kalau pelajaran tidak sesuai dengan bakat anak, maka anak tidak akan mencapai prestasi yang tinggi karena ia tidak berbakat dalam bidang itu”. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa seseorang anak yang tidak memiliki bakat dalam suatu pelajaran tertentu, maka anak tersebut tidak dapat meraih prestasi yang memuaskan, karena pelajaran tersebut bertentangan dengan baik dan kemampuannya.
Perkembangan bakat yang dimiliki oleh seseorang anak tergantung pula oleh pengaruh lingkungan selama anak dalam tahap perkembangan. Orang tua yang bijaksana akan memberikan kebijaksanaan dan dorongan yang positif serta menyediakan fasilitas yang diperlukan anak dalam mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh si anak. Hal ini dapat dikatakan bahwa bakat juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang dalam rangka memperoleh hasil yang sangat memuaskan.
(3)Pengetahuan Dasar
Kemampuan dasar yang dimaksudkan disini adalah suatu pengetahuan yang telah dimiliki siswa dari suatu jenjang pendidikan yang lebih rendah ke jenjang pendidikan yang di duduki sekarang ini. Pengetahuan dasar tersebut sangat berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar.
Siswa yang memiliki kemampuan dasar yang tinggi akan lebih memungkinkan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan dasarnya rendah cenderung memperoleh prestasi yang rendah pula. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Surya (1981 : 89) bahwa “Pengetahuan dasar merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar. Jika pengetahuan ini rendah, maka hasil yang dicapainya juga rendan”.
Dengan berpijaknya pada pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh siswa sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi yang baik dan memuaskan.
(4)Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang datang dari dalam maupun dari luar menyebabkan seseorang ingin membuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman (1989 : 89) bahwa :
Motivasi dibagi dua macam adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi-motivasi yang dirancang dari dalam, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang menyuruhpun ia akan rajin untuk mencari buku-buku untuk dibaca. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan fungsinya karena ada perangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang itu belajar karena besok pagi ujian dengan harapan akan mendapat nilai yang baik sehingga akan mendapatkan pujian dari tenannya.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat  dijelaskan, bahwa motivasi juga  sangat  menentukan  terhadap  keberhasilan  seseorang  dalam belajar baik motivasi yang berasal dari dalam dirinya maupun yang bersukber dari luar.
Selanjutnya  menurut  Suryabrata  (1984  :  257)  mengatakan  bahwa hal  yang  mendorong  seseorang  anak  untuk belajar itu adalah :
-        Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang lebih luas
-        Adanya sifat  yang kreatif  pada manusia dan  keinginan untuk  selalu maju.
-        Adanya keinginan  untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, teman-teman.
-        Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.
-        Adanya keinginan untuk  mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

Apa yang tekah dikemukakan di atas hanyalah pendorong anak agar mau belajar dan memperbaiki dirinya dari kesalahan-kesalahan yang lalu. Dengan lebih mengetahui latar kehidupannya, sehingga guru lebih memahami tentang watak, sifat dan prilaku si anak untuk diajak belajar yang baik.

(5)Minat
Minat merupakan  keinginan yang  dapat  menimbulkan perhatian akibat  adanya  satu  hal  yang  menarik. Dalam hal ini mengenai proses belajar misalnya, seorang guru harus mampu mengakibatkan minat siswa untuk belajar.  Pelajaran yang menarikakan lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak sebagaimana yang dikemukakan oleh Marson. U Sanggalang (1985 : 3) bahwa :
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat terhadap pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperehatikan pelajaran tersebut. Sebaliknya bila seseorang menaruh perhatian secara kontinu, baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

Dari pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa anak yang mempunyai minat dan perhatian dalam suatu pelajaran tertentu, maka anak tersebut cenderung untuk memperoleh prestasi yang baik.
Apabila seseorang guru tidak mampu membangkitkan minat anak dalam belajarnya, maka kemungkinan anak tidak akan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Bila bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat anak tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena ada daya tarik baginya.

(6)Cara Belajar
Cara belajar seseorang siswa juga salah satu faktor yang penting dalam meraih prestasi belajar yang baik. Hal ini semakin tingginya kemampuan belajar siswa, lalu semakin besar pula kemungkinan untuk berhasil, namun kemampuan itu tidak hanya ditentukan oleh taraf kecerdasan yang dimikili, tetapi tergantung pula dari cara (proses) saat ia melakukan belajar. Ada cara belajar yang  efisien  dan  ada  pula  yang  tidak  efisien.  Seseorang siswa yang menempuh cara belajar dengan cara efisien, memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menempuh cara belajar dengan cara yang tidak efisien. Tentang cara belajar yang efisien antara lain dijelaskan oleh Marson. U Sanggalang (1985 : 4) sebagai berikut :
a.       Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.
b.      Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.
c.       Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari, dana berusaha dengan sebaik-baiknya.
d.      Mencoba menyelesaikan soal-soal dan sebagainya.

Dari pernyataan tersebut di atas jelaslah bahwa cara belajar siswa dengan penuh berkonsentrasi, membaca dengan teliti, dan menyelesaikan latihan-latihan adalah bahagian dari keberhasilan proses belajar siswa, juga sebagai pendorong dalam usaha mencapai suatu belajar.


3.Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa, faktor kelelahan tersebut secara garis besarnnya dapat dibagi dalam dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Dalam proses belajar, kelelahan seringkali muncul diantaranya apabila siswa belajar secara terus menerus tanpa henti-hentinya. Hal ini sering terjadi pada diri siswa yang kurang memperhatikan tentang waktu belajar.
Kelelahan jasmani dapat terasa apabila tubuh merasa lemah dan letih sehingga membutukan istirahat yang cukup. Sedangkan kelelahan rohani terasa dengan timbulnya kelesuan dan kebosanan terhadap kegiatan belajar. Kelelahan rohani tersebut sangat terasa pada bagian kepala dengan adanya keadaan pusing sehingga sulit untuk berkonsentarsi. Dengan demikian pada siswa perlu untuk menghindari dan menjaga, agar dalam kegiatan belajar tidak terjadi kelelahan.

3.Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang hanya  bersumber dari luar siswa yang sedang melakukan belajar. Faktor ini dapat timbul dari lingkunga-lingkungan sosial antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
b.Faktor  Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam rangka member dorongan belajar pada siswa. Oleh karena itu kondisi keluaga harus tercipta sedemikian rupa sehingga memungkinkan seseorang anak mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.
Keluarga merupakan suatu lingkungan pertama dan utama yang dijumpai anak sejak ia dilahirkan. Berawal dari sini bahwa anak mulai menerima pelajaran terutama dari kedua orang tuanya. Orang tua harus memberikan kasih saying dan penuh perhatian kepada anak, karena keluarga merupakan pedoman dasar bagi pertumbuhan, perkembangan dan kpribadian mental si anak. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Agoes Soejanto (1990 : 48) bahwa “Keadaan keluarga yang pecah akan menjadi penghambat dalam belajar”. Dengan demikian jelaslah bahwa keberhasilan seseorang siswa dalam belajar sangar didukung oleh keharmonisan keluarga. Adapun faktor-faktor lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut :

1.Keadaan Ekonomi Keluarga
Keberhasilan siswa dalam mencapai potensi belajar yang baik juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga, karena dalam belajar anak sangat membutuhkan fasilitas belajar. Dengan adanya kelengkapan belajar yang memadai, maka dengan sendirinya anak akan belajar dengan baik. Sebaliknya apabila fasilitas belajar kurang memadai, maka akan menghambat siswa dalam mencapau prestasi belajar yang baik. Dalam hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Merson U. Sanggalang (1985 : 5) yaitu :
Keadaan ekonomi keluarga dapat juga mempengaruhi hasil belajar anak. Keadaan ekonomi yang serba kurang ataupun miskin, dapat menjadikan anak mengalami kesukaran tertentu dalam belajarnya; misalnya anak pulang sekolah harus membantu orang tua untuk mencari nafkah, sehingga untuk belajar sedikit sekali atau tidak dapat belajar dan terlalu lelah.

Dari kutipan tersebut di atas jelaslah bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat menunjang prestasi belajar yang baik, namun dalam hal ini bukan berarti siswa yang mempunyai ekonomi keluarga yang cukup mampu mencapai prestasi belajar yang baik, bahkan kadang-kadang sebaliknya.

2.Suasana Dalam Keluarga
Dalam mengemola sebuah rumah tangga, orang tua harus dapat menciptakan suasana rumah tangga yang tenang, damai dan penuh kasih saying. Tanpa adanya keharmonisan antara orangtua dan anak-anak, maka orang tua tidak bisa mengraharpan lebih banyak dari anak-anak dalam mencapai keberhasilan di sekolah. Orang tua harus mengetahui bahwa suasana rumah tangga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendidik anak-anak. Hal ini setiap gerak langkah kehidupan mulai dari bertingkah laku dan berbicara, berpakaian dan belajar yang kesemuanya akan dipengaruhi oleh suasana rumah tangga, pengaruh berpendidikan rumah tangga itulah yang lama kelamaan menjadi salah satu kebiasaan bagi seorang anak. Hal demikian sebagaimana yang dikemukakan oleh Sri Rahayu (1985 : 64) bahwa “Suasana rumah tangga yang selalu tegang dan damai, sering cekcok dan sebagainya akan menghambat cara belajar anak”.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suasana rumah tangga yang kurang harmonis dapatlah member pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan si anak. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar, maka perlu adanya usaha dari orang tua untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga sehingga si anak lebih bergairah dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah.

c.Faktor Lingkungan Masyarakat
Limgkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, pengaruh ini disebabkan oleh keberadaan anak itu sendiri sebagai salah satu anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat bahwa anak sering berkecimpung dalam berbagai kegiatan olah raga dan kesenian.
Pengaruh masyarakat terhadap perkembangan kepribadian  anak sangat besar sekali, sehingga sering kita lihat si anak begitu mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang bersifat negative. Namun banyak pula anak-anak yang mampu menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar di samping pelajaran sekolah.
Di antara sekian banyak faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak adalah : Mass media, pergaulan anak, pengaruh kegiatan dalam masyarakat corak dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sri Rahayu (1985:67), yaitu :
Ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi atau menghemat proses belajar anak yaitu :
a.       Mass media, misalnya biskop, radio, majalah buku komik dan sebagainya.
b.      Teman bergaul yang tidak baik juga dapat membawa akibat anak itu tidak baik
c.       Aktivitas di dalam masyarakat, terlalu banyak tugas organisasi dapat mengganggu anak dalam belajar.
d.      Corak kehidupan tetangga, misalnya lingkungan tetangga suka berjudi, mencuri, kebiasaan jelek lainnya.

Dengan memperhatikan keempat faktor di atas, maka jelaslah bahwa lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya berhasil tidaknya anak dalam belajar. Lagi pula faktor ini selain terganggu proses belajar, juga membawa dampak negative pada watak dan kepribadian anak.

d.Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam proses ini terjadi interaski di antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa serta antara siswa dengan lingkungan. Di antara faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1.Kurikulum
Kurikulum dapat juga mempengaruhi siswa dalam belajar karena kurikulum yang tidak seimbang atau tidak sesuao dengan kemampuan anak juga merupakan hambatan dalam belajar. Misalnya kurikulum yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa atau terlalu mudah. Hal ini juga menjadi hambatan bagi siswa dalam menerima materi pelajaran yang sesuai dan memiliki kemampuannya. Demikian halnya bahwa kurikulum itu sebagai acuan dalam hal menarik materi pelajaran guna menjadi pegangan bagi seorang guru sewaktu hendak belajar di dalam kelas.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka diperlukan pengelolaan materi yang sesuai, misalnya guru memiliki profesionalisme dalam menyusun jadwal-jadwal pelajar, yang sehingga siswa tidak menjadi bosan dan jenuh dalam belajar di kelas. Jadi kurikulum itu sangatlah diperlukan di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2.Hubungan antara guru dengan siswa
Agar terjadi proses belajar mengajar disekolah yang baik, maka hubungan antara guru dengan siswa adalah suatu faktor pendorong dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini siswa lebih mudah dalam menerima pelajaran yang akan diajarkan, karena siswa dapat terbuka dan bertanya mengenai pelajaran yang belum di mengerti, tetapi sebaliknya apabila hubungan antara guru dengan siswa kurang baik, maka dengan sendirinya siswa akan bersikap kurang senang ataupun malas dalam menerima pelajaran, sehingga kurang bergairah dalam belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohammad Surya (1981:14) bahwa :
Guru merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar. Oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan diajarkan atau dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang sebaik-baiknya.

Guru yang efektif adalah guru yang berhasil mencapai sasaran pengajaran yang baik. Hal ini tentu lebih dititik beratkan berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. Namun demikian untuk mengatakan atau menentukan bahwa seorang guru telah berhasil mengajar dengan efektif mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Hal ini seorang guru mempunyai sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dan mampu membangkitkan motivasi anak. Hal seperti ini akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar dan kepribadian anak itu sendiri. Dalam hal ini menurut Merson U Sangalang (1985:6) mengatakan bahwa “Disamping itu guru yang kurang atau tidak menyadari perannya di dalam membantu proses belajar mengajar dapat mempengaruhi hasil belajaran murid-muridnya”.
Berdasarkan pendapat sangalang tersebut, maka penulis mengartikan bahwa kepada seorang guru dituntut untuk lebih menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.
Selain dari pada itu juga yang cakap dan bertanggung jawab merupakan modal utama dalam mendidik siswa. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sebelum memberikan pelajaran seorang guru harus telah mengadakan bahan ataupun persiapan-persiapan yang matang, yaitu mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan, memilih metode mengajar yang tepat dan menggunakan media yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Seorang guru harus mempersiapkan suatu tes untuk mengetahui hasil proses belajar mengajar, yaitu sebelum dan sesudah memberikan materi pelajaran. Dengan demikian kualitas seorang guru ikut menentukan prestasi belajar siswa.

3.Fasilitas Belajar
Salah satu alat penunjang dalam proses belajar mengajar adalah tersedianya fasilitas yang memadai. Perlengkapannya itu dapat berupa perpustakaan, laboratorium dan alat perlengkapan yang lain yang dapat memperlancar proses belajar mengajar.

4.Disiplin Sekolah
Sekolah merupakan satu lembaga formal yang memiliki peraturan-peraturan yang harus dipenuhi oleh semua anggota seperti siswa, guru dan karyawan lainnya. Sekolah yang menerapkan disiplin yang baik, maka segala kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Untuk menanamkan disiplin tersebut, maka setiap guru dan karyawan harus mampu menanamkan dan menegakkan peraturan-peraturan terlebih dahulu pada dirinya, karena guru merupakan panutan atau contoh teladan bagi siswa. Juga perlu diperhatikan bahwa sekolah yang bersih dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dan guru serta karyawan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk menerapkan disiplin mengajar yang baik sangat diperlukan lingkungan sekolah yang bersih, sehingga juga perlu di buat semacam sanksi bagi pelanggar peraturan sekolah.

2.3. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sejarah pada SMP
MTs dan MA
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa upaya untuk mencerdasrkan kehidupan bangsa serta pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur berdasarkan undang-undang. Hal ini pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur yang berlandaskan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna serta perkembangan masyarakat sesuai kebutuhan pembangunan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan sekalian peraturan pemerintah sebagai pedoman pelaksanaannya direalisasikan melalui pembentukan kurikulum.
Kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing dalam satuan pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, bahwa melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 060/U/1993, tanggal 25 Februari 1993 telah menetapkan berlakunya kurikulum Pendidikan Dasar 9 Tahun yang meliputi adalah sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagaimana tercantum dalam lembaran I tentang landasan, program dan pengembangan kurikulum, lampiran II tentang Garis-garis besar Program pengajaran (GBPP) dan lampiran III tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pendidikan agama Islam.
Sehubungan penelitian ini bahwa penulis membahas tentang prestasi belajar sejarah siswa kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang berasal dari SMP dan MTs, maka penulis akan menguraikan dan membandingkan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) mata pelajaran sejarah dari ketiga institusi/lembaga tersebut.
a.Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah di SMP Kelas I Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
1)Siswa memahami perkembangan sejarah Indonesia pada zaman prasejarah dan pusat-pusat peradaban kuno di dunia.
2)Siswa memahami perkembangan kebudayaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.
3)Siswa memahami penyebaran dan perkembangan agama Islam di Indonesia serta pertumbuhan kerajaan yang bercorak Islam.

Caturwulan I (24 jam pelajaran)
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
1.Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis manusia purba dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia pada zaman prasejarah.
1.1Jenis-jenis manusia purba yang pernah ada di Indonesia dan tempat lain.
•Menunjukkan manusia purba (fosil-fosil manusia purba) dari berbagai sumber informasi.
•Membandingkan jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia : Pithecantropus Erectus dan Homo Sapiens.
•Membahas manusia purba yang pernah hidup di luar Indonesia (di daratan asia, afrika, dan eropa)

1.2Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia pada zaman pra sejarah
•Membahas pengertian prasejarah serta perkembangan corak kehidupan masyarakat pada zaman prasejarah (kehidupan berburu dan berpindah-pindah, serta kehidupan bercocok tanam di persawahan).
•Membuat bagan yang menunjukkan awal dan arah persebaran nenek moyang bangsa Indonesia ketika memasuki Indonesia.
•Menemu dan menunjukkan corak kehidupan nenek moyang pada saat itu.
2.Siswa dapat menjelaskan secara kronologis perkembangan kerajaan-kerajaan Indonesia yang bercorak Hindu-Budha.

2.1Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia.
•Menguraikan proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
•Membahas kerajaan Kutai dan Taruma Negara sebagai awal munculnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
•Membicarakan kerajaan Mataram lama, terutama yang berkaitan dengan warisan yang berharga yang ditinggalkannya, seperti seni (sastra dan bangunan) dan keturunan hidup beragama.
•Membicarakan perkembangan sriwijaya, terutama yang berkaitan dengan peranan dan kemampuannya mengembangkan diri sebagai Negara maritime dan salah satu pusat agama Budha pada masanya.
•Membahas kerajaan majapahit, terutama yang berkaitan dengan kemampuannya menjalin hubungan dengan Negara tetangga serta lahirnya gagasan persatuan nusantara (sumpah palapa).

Caturwulan 2 (24 jam pelajaran)
3.Siswa dapat menjelaskan pusat-pusat peradaban tertua di dunia dan hasil-hasil kebudayaannya.
3.1Pusat-pusat peradaan tertua di dunia serta kehidupan masyarakatnya.
•Menunjukkan sungai nill : system kekuasaan raja, system kepercayaan, peninggalan tulisan dan bangunan.
•Menemutunjukkan hasil-hasil peradaban di daerah lembah sungai Tigris dan Sungai Eufrat : Tata Kota, Hukum dan Seni serta tulisan kuno.
•Membicarakan hasil-hasil peradaban lembah sungai Indus : Tatakota, peninggalan-peninggalan dan system kepercayaan.
•Membicarakan hasil-hasil peradaban yunani dan Romawi Kuno : Sistem Negara kota (polis state) system kepercayaan dan pelayaran.

4.Siswa dapat mengungkapkan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan dunia Internasional pada masa kuno, serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, agama dan kepercayaan, ekonomi, politik dan unsure-unsur budaya masyarakat.
4.1Perdagangan dan pelayaran pada masa kuno
4.1.1Perdagangan dan pelayaran di Indonesia sampai sekitar tahun 1500
•Membahas hubungan perdagangan antar pula serta sumber dan barang dagangannya, cara memperdagangkan dan alat yang digunakan dalam lalulintas perdagangan tersebut.
4.1.2Jalur perdagangan di Asia Tenggara sampai sekitar tahun 1500.
•Membicarakan jalur perdagangan kuno di Asia (jalan sutera) beserta barang dagangan dan alat angkutannya.
•Menguraikan jalur perdagangan laut antara Asia Barat dengan Asia Tenggara dan Asia Timur (Cina) dan pusat-pusat perdagangan serta buarang dagangannya.
•Membahas peranan pusat-pusat perdagangan disekitar laut tengah sebagai mata rantai hubungan perdagangan Asia dan Eropa.
•Membicarakan letak geografis serta peranan Indonesia dalam hubungan/kegiatan perdagangan di Asia sampai sekitar tahun 1500.

Caturwulan 3 (16 jam pelajaran)
5.Siswa dapat menjelaskan hubungan kegiatan perdagangan dan pelayaran dengan proses masuk, tumbuh dan berkembangnya agama Islam serta pengaruhnya terhadap perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia yang bercorak Islam.
5.1Kerajaan-kerajaan di Indonesia bercorak Islam.
•Membahas proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
•Menguraikan proses pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti : Samudra Pasai, Demak, Panjang, Mataram, Ceribon, Banten, Makasar, Ternate dan Tidore.
•Membahas peranan walisongo dalam penyebaran agama islam di jawa
•Membicarakan para pemikir dan ulama islam serta hasil karyanya seperti : Hamzah Fansuri, Nurdin Ar-Raniry, serta tokoh-tokoh mubaligh setempat.
•Menemutunjukkan peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak Islam seperti : Mesjid, keratin, nisan-nisan, kaligrafi dan karya sastra.

Kelas II
Tujuan Pembelajaran
1.Siswa memahami faktor-faktor pendorong kedatangan bangsa asing (Eropa) di Indonesia serta pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan rakyat Indonesia
2.Siswa memahami dan menghargai perjuangan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, baik perjuangan yang bersifat ke daerahan maupun pergerakan kebangsaan.
3.Siswa memahami beberapa peristiwa besar di dunia yang pengaruhnya terasa bagi kehidupan masyarakat secara luas.
Caturwulan I (24 jam pelajaran)
Tujuan pembelajaran Khusus (TPK)
1.Siswa dapat menjelaskan kaitan antara peristiwa-peristiwa penting di Eropa dengan latar belakang kedatangan bangsa-bangsa eropa ke Indonesia.
1.1Kedatangan bangsa-bangsa Eropa
•Membahas hubungan antara meletusnya perang Salib dengan putusnya hubungan perdagangan antara Eropa dengan Asia Barat serta kaitannya dengan upaya-upaya bangsa Portugis dan Spanyol mencari jalan ke wilayah Indonesia.
•Menguraikan tujuan kedatangan bangsa-bansga Eropa (Portugis, Belanda) di Indonesia serta upaya-upaya mereka mencari tujuan tersebut.
•Membahas reaksi rakyat Indonesia terhadap upaya monopoli perdagangan oleh Portugis dan Belanda (abad 16 sampai 19) di berbagai daerah.
•Menguraikan kiatan antara kedatangan orang-orang Eropa dengan penyebaran agama Kristen di Indonesia.
2.Siswa dapat menjelaskan bentuk dan praktek pelaksanaan pemerintahan colonial Belanda serta menghargai perjuangan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam abad 19.
2.1Pemerintahan Kolonial Belanda dan praktek-prakteknya.
•Membahas pergantian pemerintaha dari pemerintahan VOC ke pemerintahan Kolonila Belanda.
•Membicarakan pengenalan system pemungutan pajak tanah pada masa pemerintahan Inggris (reffles)
•Membahas penggalian sumber daya alam dari sumber daya manusia untuk kepentingan Belanda melalui Pelaksanaan system tanam paksa dan kerja paksa.
•Menguraikan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia bagi kepentingan Belanda melalui penanaman modal swasta dalam perkebunan, pertambangan dan perdagangan sesudah keluarnya Undang-Undang Agraria (1870).
•Membicarakan reaksi rakyat Indonesia terhadap pemerintahan colonial Belanda dalam bentuk perang-perang besar dan gerakan protes petani.

Caturwulan 2 (24 jam pelajaran)
3.Siswa dapat menjelaskan revolusi industry di Inggris, revolusi Amerika dan revolusi Perancis serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat secara luas terutama di bidang sosial, ekonomi dan politik (pemerintahan).
3.1Revolusi Amerika (1776)
•Membahas latar belakang yang menyebabkan timbulnya ketegangan antara koloni-koloni Inggris di Amerika Utara yang memuncak dengan lahirnya pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat.
•Membicarakan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan pemerintahan demokrasi.
3.2Revolusi Industri di Inggris (abad ke-18)
•Menemutunjukkan dampak gerakan pengambil alihan tanah-tanah di pedesaan oleh para pemilik modal dari kota untuk usaha perindustrian.
•Membicarakan dampak revolusi industry terhadap upaya Inggris memperluas daerah jajahan sebagai pasar dan sumber bahan baku untuk industrinya.
3.3Revolusi Perancis
•Membicarakan keadaan Perancis menjelang lahirnya revolusi.
•Membahas penyerbuan rakyat terhadap penjara Bastille sebagai puncak ketidakpuasan rakyat terhadap kekuasaan absolute raja.
•Menguraikan dampak semboyan Revolusi Perancis (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara luas.

Caturwulan 3 (24 jam pelajaran)
4.Siswa dapat menjelaskan kaitan antara kebijaksanaan pemerintah colonial Belanda dengan lahirnya golongan terpelajar dan kaum pejuang yang memotori pergerakan nasional Indonesia.
4.1tumbuh dan berkembangnya kesadaran nasional dalam perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.
•Membahas kaitan antara lahirnya golongan terpelajar yang memiliki kesadaran nasional serta peranan mereka mendirikan organisasi pergerakan nasional yang bercorak sosial budaya, sosial ekonomi, keagamaan, pendidikan dan politik beserta upaya dan kaitannya masing-masing (Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Serikat Dagang Islam, Serikat Islam, Indishe Partij, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Perhimpunan Bangsa Indonesia, Parindra, dan GAPI).
•Membicarakan kegiatan organisasi pergerakan nasional dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
•Membahas kelahiran sumpah pemuda (1928) dan pengaruhnya terhadap perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka.
•Membicarakan peranan pers dalam pergerakan nasional (Hindia Putra, Indonesia Merdeka).
5.Siswa dapat menjelaskan kembali Perang Dunia I dan Perang Dunia II serta pengaruhnya di berbagai Negara atau kawasan.
5.1Perang Dunia I (1914-1918)
•Membahas latar belakang terjadinya perang Dunia I
•Membuat diagram tentang pihak-pihak yang terlibat di dalam perang
•Menemutunjukkan akibat-akibat perang Dunia I diberbagai Negara dan kawasa.
5.2Perang Dunia II (1939-1945)
•Membahas lahirnya Negara-negara fasis : Jerman di bawah Hitler. Italia di bawah Mussolini, jepang di bawah kaisar Hirohito.
•Menguraikan latar belakanbg terjadinya perang dunia II dan akibatnya
•Menggambarkan peta serbuan Jepang ke berbagai Negara di kawasan pasifik, khususnya ke Indonesia sebagai bagian dari perang Dunia II.

6.Siswa dapat menjelaskan praktek-praktek pemerasan pemerintahan penduduk Jepang di Indonesia serta menghargai perjuangan para pemimpin bangsa untuk mewujudkan Negara Indonesia merdeka.
6.1Pendudukan jepang di Indonesia dan perjuangan untuk mewujudkan Negara Indonesia merdeka.
•Membahas cara-cara jepang memeras kekayaan dan tenaga rakyat Indonesia yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat.
•Membicarakan cara-cara para pemimpin Indonesia memperjuangkan terwujudnya Negara Indonesa merdeka.
•Membahas upaya mempersiapkan Negara Indonesia merdeka melalui Badan penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

7.Siswa dapat menjelaskan perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan.
7.1Kebangkitan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
•Membahas perjuangan kemerdekjaan beberapa Negara di Asia dan Afrika seperti India, Turki, Filipina, Mesir.
•Membandingkan perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di berbagai tempat di Asia dengan perjuangan kemerdekaan di Indonesia.
 

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data
56
 
Sudah diterangkan pada bab sebelumnya bahwa tentang proses / teknik pengumpulan data yang penulis laksanakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan berupa analisa dokumentasi. Hal ini dokumen yang penulis pergunakan adalah data yang berbentuk data kuantitas yang merupakan daftar prestasu belajar atau nilai Mata Pelajaran Sejarah dari siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang terdiri atas 50 orang siswa. Sedangkan untuk random (acak) yang diambil dengan perincian yaitu 25 orang siswa yang berasal dari SMP. Pengambilan keseluruhan nilai tersebut diperoleh langsung dari guru pengasuh Mata Pelajaran Sejarah pada Kelas 1 dengan melalui proses evaluasi / tes kemampuan yang dilaksanakan dengan tes objektif sejumlah 25 item tes (pertanyaan soal).
Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini hanya dengan mengelompokkan ke dalam dua variable. Kelompok yang pertama yaitu nilai dari siswa yang memiliki latar belakang pendidikan sMP, dengan katagori sebagai variable dengan kode X. sedangkan yang kedua juga penulis dasarkan kepada nilai siswa yang memiliki latar belakang pendidikan MTs sebagai variable dengan kode Y.
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai nilai dari kedua katagori (SMP dan MTs) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini adalah :

TABEL I
NILAI MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS 1 MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LANGSA YANG BERASAL DARI SMP

64
56
64
68
72
60
68
80
76
64
60
76
64
60
64
72
68
76
72
56
80
56
40
56
64

Sedangkan nilai Mata Pelajaran Sejarah dari siswa Kelas I Madsarah Aliyah yang berasal dari MTs adalah :


  TABEL II
NILAI MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS 1 MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LANGSA YANG BERASAL
DARI MADSARASH TSANAWIYAH

72
60
52
56
48
64
56
72
68
44
56
64
40
48
60
52
40
56
64
32
60
68
68
52
40

Berdasarkan kedua tabel tersebut di atas membuktikan bahwa prestasi siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa, diantara siswa yang berasal dari SMP dan MTs hanya terdapat perbedaan yaitu SMP memeperoleh yang tertinggi 80 sedangkan MTs mampu meraih nilai tertinggi yaitu 72.

3.2 Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan tahap yang paling penting dalam menentukan hasil penelitian yaitu data yang berbentuk berupa kuantitatif. Hal ini berdasarkan banyaknya atau jumlah data yang diperoleh di lapanngan, lalu penulis lakukan dengan berpedoman pada rumus t test sebagimana yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (1991 : 325) dengan taraf significant 5% yaitu :

Selanjutnya dalam pengerjaan rumus t tset tersebut di atas hanya da[at ditempuh melalui beberapa langkah yaitu :  
a.      Menghitung Mean (M) variable I (variable X) yaitu nilai siswa yang berasal dari SMP dengan rumus :

b.      Menghitung Mean (M) variable II (variable Y)  yaitu nilai siswa yang berasal dari MTs dengan rumus :

c.      Menghitung standar Deviasi (simpangan baku) dari variable x dengan menggunakan rumus :

d.      Menghitung standar Deviasi (simpangan baku) dari variable y dengan menggunakan rumus :

e.      Menghitung standar Error Mean variable x dengan menggunakan rumus :

f.       Menghitung standar Error Mean variable y dengan menggunakan rumus :

g.      Menghitung standar Error pernedaan antara variable z dan variable y dengan menggunakan rumus :

h.      Langkah terakhir adalah menghitung t observasi (t0), dengan menggunakan rumus :

Keterangannya :
MX      = Mean dari variable x (variabel I)
My       = Mean dari variable y (variabel II)
M’       = Medaian kerja atau yang diterka (diduga)
SD       = Standar Deviasi (Simpangan baku)
f          = Frekuensi
i           = Intern (jarak) kelas
N         = Jumlah (banyaknya) sampel
- My   = Standar Error perbedaan Mean variable x dan variable y
Untuk mencapai nilai t­0­­ terlebih dahulu nilai variable x yaitu nilai dari siswa yang berlatar belakang SMP yang disusun berdasarkan urutan nilai terendah hingga nilai tertinggi seperti di bawah ini :
40
64
76
48
64
76
56
64
76
56
64
80
60
68
60
M = 65,125
 
68

60
72

64
72
64
72

Berdasarkan data diatas jelaslah bahwa range (jarak nilai) untuk variable x adalah :
R = 80 – 40
R = 40
Selanjutnya besar kelas interval (K) dari variable x (dihitung berdasarkan rumus sturges) adalah :
K       =  1 + 3,33 log N
          =  1 + 3,33 x 1,40
          =  5,64
          =  6 (dibulatkan)
Sedangkan interval untuk variabel x adalah :
   = 6,6
   = 7 (dibulatkan)
Setelah dibahas tentang perhitungan nilai berdasarkan interval, kemudian selanjnutnya untuk mengetahui nilai Mean dari variabel x, maka nilai prestasi belajar dari siswa kelas I yang berlatar belakang smp ditabulasikan terlebih dahulu ke dalam sebuah tabel distribusi frekuensi nilai sebagaimana tabel 3 di bawah ini.
TABEL III
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI MATA PELAJARAN SEJARAH
SISWA KELAS I MA YANG BERASAL DARI SMP
No
Interval
f
x
x’
fx
fx’2
1
2
3
4
5
6
74 – 80
67 – 73
60 – 66
53 – 59
46 – 52
39 – 45
5
6
9
3
1
1


M’ = 63
2
1
0
-1
-2
-3
10
6
0
-3
-2
-3
20
6
0
3
4
9


25


8
42

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi belajar siswa yang berasal dari SMP yaitu dalam tabel 3, maja dapatlah ditentukan Mean variabel x, sebagai berikut :
Mx            =     M’ + i
=     63 + 7
=   63 + 7 x 0,32
=   63 + 2,24
=   65,24
Untuk langkah selanjutnya adalah menghitung standar deviasi variabel x dengan menggunakan rumus yaitu :

Selanjutnya untuk menghitung Standar Deviasi Error Mean variabel x digunakan rumus sebagai berikut :

32
56
68
40
56
68
40
56
68
40
56
68
44
60
72
48
60
48
M = 55,68
 
60

52
64

52
64
52
64

Berdasarkan data diatas jelaslah bahwa besar range (jarak nilai) untuk variable y adalah :
R = 72 – 32
R = 40
Selanjutnya besar kelas interval (K) dari variable y (dihitung berdasarkan rumus sturges) adalah :
K       =  1 + 3,33 log N
          =  1 + 3,33 x 1,40
          =  1 + 4,64
          =  5,64
          =  6 (dibulatkan)
Sedangkan interval (i) untuk variabel y adalah :
   = 6,6
   = 7 (dibulatkan)
Untuk mengetahui besarnya Mean dari variabel y, maka nilai prestasi belajar dari siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa, yang berlatar belakang pendidikan Madsarah Tsanawiyah (MTs0 perlu ditabulasikan terlebih dahulu ke dalam tabel distribusi frekuensi nilai sebagaimana dalam tabel 4 dibawah ini. Pertabulasian nilai tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh data tentang besarnya mean terkaan (dugaan).

TABEL IV
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI MATA PELAJARAN SEJARAH
SISWA KELAS I MA YANG BERASAL DARI MTs
No
Interval
f
x
x’
fx
fx’2
1
2
3
4
5
6
66 – 72
59 – 65
52 – 58
45 – 51
38 – 44
31 – 37
5
6
7
2
4
1


M’ = 55
2
1
0
-1
-2
-3
10
6
0
-2
-8
-3
20
6
0
2
16
9


25


3
53

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi prestasi belajar siswa kelas I MA yang berasal dari MTs pada tabel tersebut, maka dapatlah ditentukan Mean variabel y, sebagai berikut :
My            =     M’ + i
=     63 + 7=   55 + 7 (0,12)
=   55 + 0,84
=   55,84
Untuk langkah selanjutnya adalah dengan cara menghitung besarnya standar deviasi (simpanan baku) dari variabel y, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Selanjutnya untuk menghitung Standar Error variabel y hanya digunakan rumus :

Dari hasil tersebut diatas, maka selanjutnya untuk menghitung Standar Error dalam perbedaan Mean antara variabel y dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
- My    =     SE2Mx + SEMy
                     =     1,802  + 2,072
                     =     3,24 + 4,28
                     =     7,52
                     =     2,74           
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata (Mean) dari kedua variabel (x dan y) dan standar error perbedaan Mean yang telah diperoleh, maka harga t.test dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Hasil pengolahan data yang telah dilakukan yaitu dengan metode statistic menetaplan bahwa besarnya harga t0 (t observasi) adalah : 3,43.

3.3 Pengujian Hipotesa
Tahap penelitian berikutnya adalah untuk mengetahui penolakan atau penerimaan hipotesa yang telah ditetapkan melalui pengujian dengan menggunakan taraf signifikansi. Dalam penelitian ini bahwa penulis menetapkan taraf signifinaksi sebesar 5% atau tingkat kepercayaan 95, maksudnya apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100, maka akan cocok ataupun berlaku 95%, sedangkan kemungkinan terjadinya penyimpangan hanya sebesar 5% (Suhaesimi Arikunto, 19925 : 68).
Besarnya taraf sifnifikansi 5% bahwa dapat dillihat pada besarnya nilai tt (t tabel), dengan terlebih dahulu menghitung derajat kebebasan (db) dari kedua variabel tersebut. Sehubungan dengan ini menurut Sudijono (1991 : 299) mengemukakan bahwa “memuji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa adalah dengan membandingkan besar t­o (t hitung dan t observasi0 dengan tt (t tabel) yang tercantum pada nilai t, dengan terlebih dahulu menetapkan degree of freedom atau derajat kebebasan, dengan rumus df / db adalah (N1+N2)”.
Berdasarkan pendapat yang terakhir ini bahwa derajat kebebasan untuk penelitian ini dengan jumlah sampel pertama yaitu siswa yang berasal dari SMP sebanyak 25 orang dan jumlah sampel kedua, yaitu siswa yang berasal dari MTs sebagai berikut :
db   =  (N1 + N2) – 2
       =  (25 + 25) – 2
       =  50 – 2
       = 48
Selanjutnya untuk derajat kebebasan sebesar 48, jika disesuaikan dengan tabel nilai t )lihat lampiran ; - 3), maka diperoleh nilai t – tabel (tt) sebesar : 2,10. Dari data ini bahwa dapat diketahui adalah t – hitung (to) = 3,43 dan lebih besar dari pada t – tabel (tt) = 2,01.
Pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = (N1+N2) – 2 penerimaan atau penolakan hipotesa dapat dirumsukan sebagi berikut :
Ho diterima jika, to ≤ tt, sedangkan Ha ditolak
Ho ditolak jika, to ≥ tt, sedangkan Ha diterima.
Berdasarkan to (t – hitung) telah diperoleh data sebesar 3,43, sedangkan tt ( t – tabel) sebesar 2,01. Dengan demikian berarti nilai to (t – hitung) lebih besar dari pada nilai tt (t – tabel), yang dinyatakan sebagai berikut  :
to ≥ tt
3,43 ≥ 2,02
Dari ketentuan di atas jelaslah bahwa hipotesis yang penulis rumuskan yaitu “Ada perbedaan prestasi belajar dalam Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas I Madsarah Aliyah Negeri1Langsa, diantara siswa yang berasal dari SMP dan siswa yang berasal dari MTs, karena pengetahuan dasar di SMP lebih kuat bila dibandingkan dengan MTs” sehingga dapat diterima sebagai kebenaran dari hasil penelitian ini.
 
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, asalisa data serta pengujian hipotesa, maka penulis mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
1.      Dari analisa data diperoleh kenyataan bahwa prestasi belajar Mata Pelajaran Sejarah dari siswa Kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang berasal dari SMP nilai rata-rata kelasnya lebih tinggi dari siswa yang berasal dari MTs. Besar Mean hitung dari siswa yang berasal dari SMP yaitu : 65,24 serta Mean Observasinya (kenyataan) adalah 65,13. Sedangkan siswa yang berasal dari MTs hanya memiliki Mean hitung, yaitu : 55,84 dan Mean observasinya (kenyataan) : 55,68.
2.     
71
 
Hasil uji hipotesa pada taraf signifikansi 5% bahwa menunjukkan adanya perbedaan antara t0 (t – hitung) dan tt (t – tabel) antara siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang berasal dari MTs sebesar adalah 3,43 dan 2,01.
3.      Perbedaan prestasi belajar Mata Pelajaran Sejarah dari siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa, diantara siswa yang berasal dari SMP dan MTs disebabkan karena; (a). Siswa yang berasal dari SMP memiliki  pengetahuan dasar sejarah yang lebih kuat, hal ini disebabkan jam Pelajaran Sejarah di SMP lebih banyak, (b). Siswa yang berasal dari MTs memiliki pengetahuan dasar keagamaan Islam yang lebih kuat atau luas bila dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SMP.

4.2 Saran – Saran
Setelah penulis menarik beberapa kesimpulan, maka disini akan dikemukakan abeberapa saran sebagai berikut :
1.      Untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diharapkan kepada guru-guru atau staf pengajar Mata Pelajaran Sejarah, agar dapat memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar dan mengupayakan keberadaan buku yang lengkap di perpustakaan sekolah guna peningkatan mutu siswa.
2.      Diharapkan kepada guru sejarah bila hendak mengajar terlebih dahulu selain mempersiapkan bahan-bahan juga mampu menguasai dalam penjabaran pengetahuan sejarah agar siswa dalam proses belajar mengajar timbul semangat kegairahan dan mencintai pelajaran sejarah.
3.      Untuk meningkatkan kedudukan Mata Pelajaran Sejarah di harapkan agar pemerintah memasukkan bidang studi sejarah sebagai salah satu mata ujian dalam UAN.

 
DAFTAR PUSTAKA


Agus Soejanto, 1979. Psicologi Umum, Jakarta : Aksara Baru

Anas Sudijono, 1991. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Anomimous, 1984. Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

…………, 1994. Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP) Madrasah Tsnawiyah (MTs). Jakarta : Departemen Agama Republic Indonesia.

Balnadi Sutadipura, H, 1995. Aneka Problema keguruan. Surabaya : Karya Anda.

Conny Semiawan, 1984. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia.

Djumhur dan Mohd. Surya, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah Ilmu. Bandung : Yayasan IKIP-Bandung.

Hamid Hasan, 1986. Buku Materi Pokok Evaluasi Hasil Pengajaran IPS dan Pengajaran Remedial. Jakarta : Universitas Terbuka.

Idrus Ramli, 1979. Cara Menganalisa Soal test. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ngalim Purwanto, 1991. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Nasution, S, 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara

Roestiyah, NK, 1986. Masalah – Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : Bina Aksara.

Sardiman, AM, 1986. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Raja Wali.
Subrata Suryo, B, 1990.  Tata  Laksana  Kurikulum.  Jakarta :  Rineka Cipta.

Suharsima  Arikunto, 1989.  Prosedur  Penelitian.  Jakrta : PT.  Bina  Aksara

--------, 1991.  Dasar – Dasar Evaluasi Pengajaran. Jakarta : PT. Bina Aksara.

-------, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Edisi ke III. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi, 1989. Statistic I. Yogyakarta : Andi Offset.

--------, 1989. Statistic 2 dan 3. Yogyakarta : Andi Offset.

-------, 1991. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta : Andi Offset.

Slameto, 1986. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Soewarno, 1976. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakrta : CV. Raja Wali.

Wayan Nurkancana, 1981. Evaluasi Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Offset.

Winarno Surachman, 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Rineka Cipta.




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang mana dengan hidayah-Nya telah rampungh menyelesaikan skripsi yang berjudul “Suatu Tinjauan Terhadap Perbedaan belajar Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang Berasal dari SMP dengan yang Berasal dari MTs dalam bidang Studi Sejarah”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Bachtiar Akob, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Drs. T. Kusnafizal, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah banyak memeberikan bimbingan dan arahan dalam merampungkan karya ini. Terima kasih pula kepada seluruh staf pengajar  Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan llmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra Langsa, yang telah menyumbangkan ilmu pengetahuan dan wawasam bagi penulis dalam mengembangkan fungsi kesejahteraan dan kependidikan di tengah-tengah masyarakat.
Secara kelembagaan penulis mengucapkan terima kasih dan pengharagaan kepada Bapak Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah, Dekan FKIP Unsam Langsa dan Rektor Universitas Samudra Langsa serta seluruh staf dalam lingkungan Universitas Samudra Langsa, yang mana secara kelembagaan telah banyak membantu penulis sejak mulai perkuliahan sampai saat menyelesaikan Sarjana Pendidikan.
Terima kasih pula kepada teman-teman sejawat yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu penulis menyumbangkan pikiran dan saran kepada penulis dalam merampungkan karya ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, untuk kesempurnaannya penulis menerima saran dan kritikan dari semua pihak. Atas sumbangan dan partisipasi semua pihak penulis mengucapkan terima kasih.

Langsa, Juli 2009
Penulis




ABSTRAKSI

Suatu Tinjauan Terhadap Perbedaan belajar Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa yang Berasal dari SMP dengan yang Berasal dari MTs dalam bidang Studi Sejarah

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu indicator untuk mengukur maju mundurnya suatu Negara. Oleh karena itu di Negara kita Indonesia bahwa disektor pendidikan mendapat perhatian dan prioritas dalam usaha pembangunan dalam kehidupan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah yang didirikan, baik dilingkungan Departemen Agama. Dari masing-masing departemen tersebut mempunyai berbagai macam jenjang pendidikan (sekolah) yang dikelolanya, misalnya sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsnawiyah (MTs). Kedua lembaga pendidikan ini adalah hanya sederajat yang dikatagorikan sebagai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perbedaan adalah pada SMP banyaknya diajarkan materi pelajaran yang bersifat umum, sedangkan MTS lebih banya diajarkan materi pelajaran yang berkaitan dengan agama Islam. Demikian halnya dalam jam pelajaran dan jumlah guru bidang studi ada perbedaannya, bahkan tidak tersedianya fasilitas yang memadai pada MTs.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan prestasi belajar Mata Pelajaran Sejarah pada siswa kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Langsa, baik yang besaral dari SMP maupun MTs. Juga untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perbedaan kedua siswa tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif, sedangkan dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan metode library research dan metode field research dengan instrumen penelitiannya adalah analisa dokumentasi. Selanjutnya untuk mengolah data-data kuantitatif, penulis gunakan rumus t-test pada taraf signifikansi 5%.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas I Madrasah  Aliyah Negeri 1 Langsa sebanyak 5 lokal dengan jumlah 200 orang siswa. Sedangkan pengambilan adalah dilakukan secara proportional random sampling sebanyak 50 orang siswa dengan rincian 25 orang siswa yang berasal dari SMP dan 25 orang siswa yang berasal dari MTs.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa derajat kebebasan (db) 50 dan taraf signifikansi 5% dan nilai t – observasi (to) adalah 3,43 dan harga t – tabel (tt) adalah 2,01. Yang berarti pula harga t – observasi lebih besar dari pada t – tabel. Hal ini Ha dapat diterima sebagai hasil penelitiannya.

Selanjutnya penulis menyarankan, bahwa setiap guru Mata pelajaran Sejarah bila hendak mengajar terlebih dahulu harus dapat menguasai pengetahuan dasar serta memiliki kemampuan khusus, di bidang studi sejarah.



Langsa, Juli 2009
Penulis








Tidak ada komentar:

Posting Komentar